Selamat Jalan Belang

Sore ini keponakanku mengetok pintu kamarku.

“Oom … oom … oom, belang oom”

Aku bergegas bangun. Mataku masih mengantuk, tapi tak biasanya keponakanku membangunkanku.

“Kenapa belang?”
“Menggigil, oom. Kejang”

Aku bergegas ke kandang kittenku. Sejak kutemukan di got dulu, sepertinya dia membaik. Bulu-bulunya juga sudah mulai tumbuh. Dia kukumpulkan dengan Aalia dan emaknya, Sinha. Mereka terlihat akur, tak ada pertengkaran, meski belang bukanlah bagian dari golongan mereka.

Kuangkat tubuh belang. Tubuhnya kejang dan kaku. Matanya sayu, tak bercahaya. Astaghfirullah, aku pernah melihat sinar mata yang seperti ini. Ini sinar mata kucing saat sakaratul maut. Belang, plis … bertahanlah untukku, nak! Bisakah?

Kuambil handuk dan kubalutkan ke sekujur tubuhnya.

Tapi si belang sudah tak mau melihatku. Matanya seolah melihat ke arah lain. Entah, siapa yang sedang dilihatnya. Bisa saja dia sedang melihat malaikat sakaratul maut. Malaikat yang akan mencabut nyawanya.

Tuhan, bisakah KAU tunda keberangkatan si belang?
Bisakah kami memeliharanya barang sebulan apa dua bulan? Nafas si belang mulai tertatih. Satu persatu seperti hitungan anak kecil yang belajar berhitung.

Aku tak tahan melihatnya tersiksa seperti itu. Aku terlalu egois kalau memintanya bertahan hidup. Kupanjatkan sepotong doa untuknya. Ikhlas. Ya pada akhirnya kita memang harus bersikap ikhlas. Ikhlas untuk kehilangan apa yang kita cintai.

Si belang memang baru hadir dalam keluargaku. Dia bukanlah kucing yang cantik. Dia biasa saja. Dia bukanlah kucing yang aku inginkan. Tapi aku selalu terharu kala menatap matanya yang sayu. tatap matanya itu yang membuatku menyayanginya. Tatapan mata yang penuh kasih, lembut dan sayu.

“Belang … berangkatlah, nak …”

Dan aku bisa merasakan, kejangnya menguat. Beberapa detik kemudian si belang terdiam. Beku dan kaku. Tak ada lagi hembusan atau tarikan napasnya. Si belang sudah pergi.

Innalilahi wa inalilahi rojiun.

Selamat jalan, nak.

Semoga Tuhan memberi tempat yang indah di sana. Tempat dimana kita akan berkumpul kembali. Terimakasih sudah pernah ada dan hadir dalam kehidupanku.

I Cry.

Belang, meninggal 15 Juli 2015
Belang, meninggal 5 Juli 2015

============

Disalin sepenuhnya tanpa ada perubahan dari kiriman Uncle Jojo pada grup facebook Pecinta Kucing Kampung & Lokal.

 

Tinggalkan Balasan